Ada malam-malam dimana,
“aku ingin pulang,
ingin menangis sepuasanya di rumah.”
Tapi kamu hanya bisa tertegun
di ruangan kamar yang bukan milikmu,
sadar bahwa ia bukan rumah.
Kamupun tidak jadi menangis,
tidak jadi bersedih,
namun juga tidak merasakan apa-apa.
Ada malam-malam dimana,
dadamu terasa sesak,
entah karena apa.
Bukan karena rindu rumah,
—masa iya kamu tidak rindu?
Tapi kalaupun benar rindu,
seharusnya tidak se-sesak itu.
Lalu datang malam-malam
dimana kamu tersadar,
kamu hanya butuh istirahat.
dari segala pikiran burukmu,
dari segala prasangka semu,
dari segala rasa yang tak perlu.
Rehat.
Pikiranmu adalah rumahmu.
Bukankah sudah seharusnya
kamu betah berdiam disitu?
Ah, ternyata benar.
Aku memang rindu rumah.
Berikut segala ketenangan di dalamnya.